CERPEN

Berikut ini adalah beberapa kumpulan puisi dari dari anggota Technique Theatre yang diambil dalam buku kumpulan cerpen Technique Theatre.
Untuk selengkapnya,silahkan lihat buku kumpulan cerpen.


Cerpen : Kalfein Wuisan
Sebuah Pertemuan Di Kantin Orange

Telah tiga kali kuperhatikan laki-laki itu, sudah kira-kira tujuh kali ia memutari ruangan kosong yang penuh amarah ini. Sebab sejak pertengakaran sengit tadi dimulai diruangan ini sejam lalu, hanya laki-laki itu yang mendengungkan kata kebenaran kepada sekian puluh laki-laki beralmamater biru tua yang kelihatannya mencoba membelokan idealismenya.
“Pemai lei....! Kira ngoni so butul samua so!!” kata-kata itu kembali keluar dari pria berambut ikal tersebut, setelah tadi sempat ku dengar di ucapkannya kepada orang yang coba menyusutkan kemarahan dari matanya. Pria itu kemudian tiba-tiba bergegas keluar dengan terburu-buru setelah dari balik kantong celananya, sebuah benda kecil bergetar lantas di ambilnya dan dirapatkan ke gendang telinga, setelah bicara beberapa kata ia pun pergi.
(Wanna see full compelete story???,please read the book "Kumpulan Cerpen Technique Theatre"




Cerpen : Indra Lumantow
PERJALANAN

(“Setidaknya Indra orang pertama yang mengisahkan kisah ini” (K.W).
Ku lalui jalan ini di dalam kegelapan, ditemani bintang-bintang yang memandangiku dari kejauhan. Tak jarang kakiku terantuk pada batu-batu yang tajam yang menghiasi liku-liku jalan. Ku coba mencari penerang yang katanya akan setia bersama, namun entah...
Dia dimana...
Bulan yang terang, kini bagiku redup karna tak setia.
Di tengah jalan, kutemui lubang yang sangat dalam, didalamnya ada sebuah lilin kecil yang menyala, disampingnya terdapat sebuah belati yang berlumuran darah. Ku coba meraih lilin itu, namun belati yang berlumuran darah itu tiba-tiaba mulai menyayat kakiku. Ketika lilin itu ada di gengamanku, ku berusaha sekuat tenaga lari dari belati itu, sampai terdengar teriakan yang sangat menakutkan bagaikan serigala yang melolong di malam hari.
Dengan kaki yang terluka kulanjutkan perjalanan menyusuri jalan yang sepi dengan ditemani sebuah lilin kecil. Ku melindungi nyala lilin kecil itu dengan tangan dan tubuhku agar tidak dihempas oleh angin yang sangat sinis.
Tak lama kemudian angin berhenti.....
Ku tak bisa dengar apa-apa..
Semuanya berhenti bergerak, bahkan nyala yang ada di tangan, tidak bergerak sedikitpun.
Tiba-tiba dari balik pohon besar kulihat samar-samar seorang anak yang tak bisa melanjutkan perjalanan karena lilinnya sudah tidak menyala lagi.
(Wanna see full compelete story???,please read the book "Kumpulan Cerpen Technique Theatre"